Siaran Pers No. 02/HM/PEPADI/04/2018
Tanggal 14 April 2018

Tentang HUT PEPADI Ke 47

PEPADI Sebagai Jembatan Seniman Dalang dengan Stakeholder

Ketua Umum PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia) PUSAT H. Kondang Sitrisno, SE. mengatakan di Ulang Tahun yang ke 47 PEPADI menjadi momentum untuk pertumbuhan organisai PEPADI dalam konsolidasi organisasi maupun menguatkan pola kerjasama antar Kemeterian /Lembaga dan Swasta serta menjadi jembatan seniman Dalang kepada berbagai pemangku kepentingan. Dengan semangat baru dan restrukturisasi organisasi, PEPADI berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan berbagai perubahan dan upaya untuk membangun emage yang positif bagi para seniman Dalang. PEPADI menjadi organisasi yang penting untuk para seniman Dalang karena PEPADI mencoba menjembatani dan mendekatkan seniman Dalang kepada pemerintah, penanggap dan penonton. Kita punya harapan bahwa PEPADI bisa mendekatkan seniman Dalang dengan pemerintah. Seniman menjadi menjadi corong pemerintah untuk mensosialisasikan keberhasilan program-program pembangunan di Indonesia dalam segala bidang. Hal itu disampaikan di Kantor PEPADI, Gedung Pewayangan Kautaman TMII Jakarta Timur, Selasa (14/4).

Lebih lanjut dikatakan PEPADI melaui program-programnya berusaha merangkul para seniman Dalang untuk menjadi ajang dalam meningkatkan kemampuan. Ketiga program utama PEPADI adalah Sarasehan, Festval dan Pergelaran. Semua kegiatan ini dirasa sangat penting meski hasilnya belum maksimal. Pepadi di Tahun 2018 akan ulang tahun ke 47 dan akan melakukan 2 even besar yaitu sarasasehan dan pergelaran. “ Pada Sarasehan dilakukan deklarasi agar seniman tidak terjebak politik praktis, diharapkan agar Seniman dalang tidak “nyempulung” di dunia politik, sedangkan pageralan akan di isi Dalang dari wilayah Jawa bagian selatan yakni daerah Banyumas dan Yogyakarta, yang selama ini merasa kurang dirangkul.”jelasnya.

Program Kongkit PEPADI

Program peningkatan peningkatan kualitas terhadap Sumber Daya Manusia (SDM ) Dalang, Pedinden, Pengrawit dan pengrajin wayang, bidang Diklat, konsulidasi organisasi dan program akan melalukan Workshop, pelatihan kepada para seniman sesuai bidangnya masing-masing. Workshop akan menghadirkan Narasumber yang berkompeten di bidangnya dari kalangan seniman professional. Juga mencari solusi terhadap permasalahan yang di hadapi. Misalnya, kelangkaan bahan wayang Kulit Kerbau, Gapit wayang dari Tanduk Kerbau Bule, PEPADI akan mencoba mempertemukan antara pembuat gapit dengan produsen Sunggu ( bekerjasama dengan Kementrian Pertanian). Untuk peningkatan ketrampilan dengan mengundang narasumber dari kalangan Kampus untuk diajari bagai mana sastra yang benar, bagaimana cara ngeprak yang baik, bagaimana sabet yang baik, bagaimana mempelajari Sulukan yang benar dan lain sebagainya, begitu pula Sinden dan Pengrawit.

Perspektif wayang dan dalang di masa depan juga perlu dipikirkan bersama, karena tantangan global sudah di depan mata. Wayang akan bersinggungan dengan banyak hal termasuk dengan teknologi. Dalang juga dituntut kreatif dalam sajian pergelaranya, sehingga bisa selalu menjawab sesuai dengan tuntutan jaman. Teknologi bisa digunakan untuk promosi, juga bisa dipakai untuk sentuhan-sentuhan kecil dalam mengemas pergelaran wayang agar tetap diminati generasi muda, dengan tidak meninggalkan ke “adiluhungan” wayang.

Dalang masuk dalam era industri kreatif saat ini, sangat menguntungkan dan juga menjadi tantangan tersendiri kepada seniman Dalang. SDM Dalang jika tidak disiapkan secara professional akan tertinggal. Tapi sebaliknya bagi Dalang yang inovatif dan cerdas memanfaatkan situasi, akan melambungkan namanya bahkan tidak hanya mampu menembus pasar nasional tetapi bisa go Internasional. Dalam kaitan masalah ini PEPADI akan mencoba menggandeng Badan Ekonomi Kreattif (Bekraf) yang memang bersentuhan programnya dengan industri kreatif .

Degradasi moral yang terjadi saat ini tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga menjadi tanggung jawab kita bersama termasuk PEPADI. Seni wayang / pedalangan sebagai “moral agent” sudah seharusnya berbuat nyata memberikan pencerahan dan tuntunan nilai-nilai yang baik terhadap generasi muda, Misalnya “anggah-ungguh” tata cara menghormati generasi muda kepada generasi tua. Wayang seharusnya menyampaikan pesan-pesan moral yang bisa membangun karakter bangsa menjadi lebih baik. PEPADI akan berusaha bekerja sama dengan Kemendikbud, Kementrian Agama dan Kementerian /Lembaga yang terkait, misalnya Unit Kerja Presiden (UKP) / Unit Kerja Pemantapan Idiologi Pancasila.

PEPADI kedepan akan melakukan terobosan bahwa urusan wayang ini tidak bisa dipikirkan oleh PEPADI sendiri, tetapi akan mengandeng pemerintah, yang diharapkan punya punya andil dan peran terhadap perkembangan wayang dan pemanfaatanya. “PEPADI sudah melakukan kerjasana dengan BUMN, Kementerian, Lembaga. Dalam waktu dekat PEPADI akan melakukan penandatanganan MoU dengan Nahdatul Ulama (NU) untuk bekerjasama dalam pelestarian budaya bangsa khususnya wayang untuk mempertegas penguatan nilai-nilai kebangsaan dalam kerangka NKRI. PEPADI juga akan melakukan MoU dengan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Badan Narkotika Nasional ( BNN), Kantor Staf Presiden (KSP).

Pergelaran Menyimpang dari Kaedah Adi Luhung

Terkait pergelaran yang menyimpang dari kaedah adiluhung Ketum PEPADI mengatakan, menyikapinya tidak semudah membalikan telapak tangan. Jika PEPADI masuk ke pergelaranya langsung memang pepadi akan terlalu jauh, memang PEPADI mempunyai kewajiban untuk megingatkan bagi sebagian kecil seniman Dalang yang agak menyimpang pengemasan pergelaranya dari kaidah adi luhung. “Saya rasa mereka baru mencari jati diri, bila PEPADI mengingatkan, akan balik bertanya memang PEPADI menghidupi saya? Tapi dengan pendekatan dari hati ke hati mudah – mudahan para Dalang sadar diri demi kelestarian wayang jangka panjangke depan. Pergelaran wayang diharapkan tetap adiluhung, berbobot penuh tuntunan dan menarik, penuh kreatifitas.”jelasnya.

Hari Ulang Tahun ( HUT) Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) di dasarkan pada catatan sejarah Pepadi dimana pada tanggal 14 April 1971, Jenderal Purn. Soerono yang pada waktu itu menjabat menjadi PANGKOWILHAN II Jawa-Madura mendirikan PEPADI dalam musyawarah Pedalangan se-Jawa dan Madura di Yogyakarta sebagai organisasi Pedalangan yang bersifat nasional.

PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia) adalah organisasi profesi yang independen beranggotakan para dalang, pengrawit, pesinden, pembuat wayang dan perorangan, dengan visi utamanya pelestarian dan pengembangan seni pedalangan sebagai khasanah unggulan budaya Nasional. PEPADI saat ini menjadi organisasi yang besar, memiliki Komisariat Daerah di 23 Provinsi dan ratusan Kabupaten/Kota.

Saat ini PEPADI berumur 47 tahun (14 April 1971-14 April 2018). Tema HUT ke –47 PEPADI kali ini adalah “Kebangkitan Baru PEPADI di Era Globalisasi”. Di era globalisasi ini keberadaan seni budaya sangat ditentukan oleh daya saing. Tanpa daya saing, cepat atau lambat seni budaya akan mati. Kekuatan daya saing ini terletak pada kualitas. Itulah sebabnya seni budaya wayang harus selalu tampil dengan kualitas yang tinggi. Kualitas seni yang dibangun dari sifat wayang yang edipeni-adiluhung. Wayang harus tampil sebagai tontonan yang menarik sekaligus mampu memnyampaikan tuntunan berupa pesan-pesan moral yang berharga dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tuntunan inilah letak daya saing seni pewayangan, tidak larut dalam pentas yang hanya bersifat hiburan. Keseimbangan antara tontonan dan tuntunan dalam pentas akan menjamin kelangsungan hidup wayang.

Dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke 47, PEPADI menyelenggarakan kegiatan pergelaran wayang kulit dua malam menampilkan Duet dalang wayang kulit Banyumasan Ki Eko Suwaryo dan Ki Wartun lakon “Wahyu Cakraningrat” pada hari Jumat, 13 April 2018 dan malam puncak menampilkan wayang kulit Yogyakarta dalang Ki Seno Sugroho lakon “Bagong Duta” Sabtu, 14 April 2018 pukul 19.00 s/d selesai bertempat di Plaza Tugu Api Taman Mini Indonesia Indah. Selain itu juga diselenggarakan Sarasehan Dalang Nasional Tema “Quo Vadis PEPADI”pada tanggal 14 April 2018 di Hotel Santika TMII dengan menghadirkan narasumber Kompeten yaitu Bapak Taufik Rahzen (Staf Ahli Menteri Pariwisata, Bapak Prof. Dr. Sugeng (Rektor Univ. Lampung dan Ketua PEPADI Prov. Lampung), Ki Purbo Asmoro, S.Kar., M. Hum (Dosen Senior ISI Surakarta dan dalang Kondang Surakarta), Bapak M. Sobari (Budayawan) dengan moderator Bapak Y. Sudarko Prawiroyudo. Peserta sarasehan adalah ketua PEPADI Provinsi, perwakilan dalang seluruh Indoensia, Praktisi, Kritikus dll.

Semoga di umur yang ke 47 tahun ini PEPADI terus menjunjung tinggi nilai wayang sebagai mahakarya dunia, PEPADI menuju organisasi profesiona, tangguh dan berkepribadian luhur , sekaligus pergelaran ini dalam rangka menyongsong tahun 2020 Indonesia sebagai tuan rumah Kongres dan Festival Wayang Dunia. Ucapan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Pengelola TMII yang sudah bersedia memberikan tempat untuk pergelaran wayang acara puncak HUT PEPADI ke 47 di palataran Tugu Api.