Foto: Kompas.com (Fabian Januarius Kuwado).

 

Jakarta, –  Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) menyambut baik penandatanganan Hari Wayang Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada hari Selasa, 11 Desember 2018, ini merupakan bentuk dukungan yang sangat luar biasa dari pemerintah terhadap wayang dan senimannya dan  diharapkan ke depan, pelaku pedalangan tidak berjalan sendiri-sendiri, karena sudah ada momentum yang disahkan pemerintah.

“ Setelah usulan Hari wayang Nasional mengalami proses panjang, akhirnya Presiden menandatangi juga. Tanggal 7 Nopember menjadi Hari Wayang Nasional. PEPADI berharap ke depan Pelaku seni Pedalangan tidak jalan sendiri-sendiri, karena Pemerintah sudah menetapkan Hari Wayang Nasional.  Hal ini menjadi point penting bagi  PEPADI-SENAWANGI untuk mengambil langkah kebijakan dalam melestarikan dan mengembangkan wayang di masa yang akan datang. Pelaku seni, para pemangku kepentingan bisa berkolaborasi dalam menjalankan peranya masing-masing sehingga wayang akan tumbuh dan berkembang lebih baik lagi” katanya.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Hilman Farid , Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI usai mengikuti pertemuan 40 perwakilan seniman dengan Presiden Joko Widdo di Istana negara. Selasa (11/12) yang mengatakan, Kementian Pendidikan dan Kebudayaan akan menindaklanjuti Keputusan Presiden tersebut agar bisa terlaksana dengan baik.

“Implikasinya, akan ada peringatan atau perayaan wayang. Yang selama ini wayang tersebar di mana-mana, jadi sekarang akan punya satu forum untuk mengembangkannya lebih lanjut,” Kata Hilman.

Penetapan 7 November sebagai Hari Wayang Nasional mengikuti momentum UNESCO menetapkan wayang sebagai a Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity atau Karya Agung Budaya Dunia pada tanggal 7 November  Tahun 2003 yang lalu.

Lebih lanjut Kondang mengatakan, untuk memperingati Hari Wayang Dunia dan menyongsong di tandatanganinya Hari Wayang Nasional (HWN) pada tanggal 7 Nopember 2018 PEPADI juga menggelar Wayang selama 4(empat)  hari di Marakas Square Bekasi, dengan menampilkan Para Dalang terbaik, Ki Anom Dwijokangko dari Solo, Dalang-dalang dari Kabupaten Sragen antara lain Ki Putut, Ki Gading, Ki Joko Senden, Ki Pandu, Ki Bowo, Ki Totok dan lainya. Sedangkan Dalang-dalang DKI Jakarta diantaranya Ki Bambang Asmoro, S.Sn, Ki Nanang Hape, S.Sn,  Ki Sambowo Agus Heriyanto, S.Sn, Ki Wahyu, Ki Bimo Sinung Widagdo, S.Sn, Ki Fakih Trisera, Ki Moh. Irawan, dan hari ke empat ditutup oleh Ki Manten Sudarsono empu Dalang dari Karanganyar Surakarta.

“Meski belum ada dukungan dari pemerintah, kita tetap jalan “Sing penting wayangan”.  Peringatan hari Wayang sudah menjadi tradisi kaum seniman pedalangan untuk memperingati secara bersama-sama dengan berbagai macam kegiatan, diantaranya pawai budaya, pementasan, dan diskusi tentang wayang.”imbuhnya.

Harapan Ketua PEPADI Indonesia bahwa minimal dukungan pemerintah terhadap wayang bisa masuk dalam APBN dan APBD tidak sepenuhnya terwujud. Tetapi  ada indikasi terwujud dalam bentuk dana perwalian (dana abadi) kebudayaan yang bisa di eksekusi untuk  pelestarian, pementasan, revitalisasi sanggar pedalangan atau hal- hal lain yang mendesak .

Ketua Umum PEPADI juga berharap, Dalang sebaiknya menjadi corong pemerintah baik pusat dan daerah. PEPADI daerah diharapkan bekerja sama dengan PEMDA untuk sosialisasi program-program pemerintah daerah sehingga ada jalinan tali silaturahmi dan kerjasama yang baik antara seniman dengan pejabat pemerintahnya.

“Dengan ditetapkanya 7 Nopember sebagai Hari wayang,  semoga  kesejahteraan seniman ke depanya lebih baik. “pungkasnya. (BAS/Humas).