(Sebuah Tanggapan dari usulan Surat Elektronik  penggemar Wayang}

Perkembangan senipertunjukan wayang berkembang sangat pesat, terlebih dengan hadirnya teknologi informasi dan komunikasi, membuat seni pertunjukan wayang atau pergelaran wayang semakin mudah di akses  atau di tonton baik secara live maupun tunda dari belahan bumi manapun. Bentuk pergelaranya pun sangat beragam. Ada pakeliran semalam, ringkas, padat,  dan kreasi baru atau kontemporer. Begitu juga potensi generasi Dalang sangat menggembirakan, banyak Dalang Bocah, Dalang Remaja, Dalang Muda berbakat yang luar biasa ketrampilan teknisnya. Sayang sekali masih banyak dari pergelaran mereka yang kurang “tata”  atau sedikit menabrak tatanan yang sudah ada.

Pakeliran semalam yang biasa kita jumpai di daerah maupun kota-kota besar rata-rata dikemas dengan entertain yang luar biasa.  Menampilkan lawak, bintang tamu, Campursari, Dangdut, dan lain-lain yang semuaya bisa masuk dalam pergelaran wayang. Memang wayangan seperti ini sangat disukai penonton pada umumnya atau  orang-orang yg kurang mengerti wayang secara mendalam.  Dalang juga sering mengikuti selera penanggap atau penonton karena demi uang.

Dalang dihadapkan pada pilihan sulit, demi wayang atau demi periuk nasi.  Dalang yang mempunyai pendirian kokoh untuk mengikuti pakem lambat laun akan tersisih oleh tuntutan pasar yang glamor atau hura-hura.

Ketua PEPADI Pusat Kondang Sutrisna menegaskan dalam berbagai kesempatan, bahwa  PEPADI menghimbau kepada para Dalang untuk taat pada Darma Bakti Dalang. Terlebih dalam pementasan diharapkan Dalang lebih focus menggarap lakon  dibanding dengan sekedar meladeni selera penonton atau penanggap.  Lakon harus “mulih” dalam arti bangunan ceritera, sanggit dari awal sampai akhir lakon harus sesuai dengan tema yang di anggkat, atau sesuai dengan pesan yang mau di sampaikan. Ini penting, karena sejatinya wayang merupakan tuntunan yang di bungkus dengan tontonan, agar nilai-nilai rohani yang wigati, bisa disampaikan dengan baik namun tidak  menggurui.

Tidak semua penoton atau penannggap menginginkan pergelaran wayang yang mengedepankan Rame, Gayengm Ger-geran, atraktif, komunikatif, tapi keseriusan dalam mmenyajikan garapan lakon sangatlah di nanti oleh penonton.

Dalang Aja Ninggalke Pakem.

Istilah “Dalang aja ninggalke pakem”  adalah suatu pesan yang sering disampaikan oleh Dalang sepuh kepada Dalang muda. Pengertian pakem pada umumnya adalah kaidah-kaidah yang harus ditaati oleh seorang Dalang dalam mendalang. Kaidah itu ada yang tertulis ada yang tidak tertulis, tetapi sudah menjadi tradisi bersama yang dilakukan para Dalang ketika pentas.  Pakem bisa berkembang bahkan berubah sesuai dengan perkembangan jaman, tetapi tetap menjaga ke adiluhungan wayang.

PEPADI tidak mempunyai kewenangan untuk melarang seorang dalang harus begini-begitu dalam pementasanya, karena pergelaran mau dikemas seperti apa, itu hak seorang Dalang dan pihak penanggap. PEPADI hanya dapat menghimbau kreatifitas mendalang tetap pada koridor  pergelaran yang “tata”. Dalang juga mempunyai kuwajiban untuk mengedukasi penonton agar menjadi penonton atau penikmat wayang yang baik, sokur  menjadi penonton yang cerdas dan ikut memberikan sumbangsih dalam penggarapan sanggit-sanggit Lakon. Penonton wayang bukan sekedar datang, melihat hura-hura dan kumpul bersama teman-temanya,  tetapi lebih kepada penghayatan nilai-nilai  filosofi yang ada dalam pergelaran wayang, diambil sebagai pencerah jiwa untuk bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.