JAKARTA – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menerima kedatangan Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kondang Sutrisno di Kantor Staf Presiden (KSP), Gedung Bina Graha, Jakarta, beberapa waktu yang lalu.

Dalam ajang silaturahmi tersebut, didiskusikan bagaimana wayang sebagai produk kebudayaan yang luhur dapat berkiprah dalam membangun komunikasi publik di tengah-tengah masyarakat.
“Tantangan kita hari ini adalah bagaimana membuat wayang tetap relevan sebagai sarana komunikasi untuk menjelaskan kebijakan dan kegiatan pemerintah. Misalnya, sosialisasi dalam gerakan antinarkoba, pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme. Intinya, adalah bagaimana membuat wayang relevan dengan anak-anak muda sekarang,” papar Moeldoko. Untuk itu, wayang harus dihidupkan kembali dan dikontekstualisasikan, sehingga tidak menjadi bagian dari masa lalu belaka.

Kondang Sutrisno yang datang bersama sejumlah pengurus Pepadi Pusat mengatakan bahwa wayang tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga bagian dari filosofi bangsa. Karena itu, penting untuk dilakukan sosialisasi program melalui kegiatan wayangan. Saat ini, Pepadi sendiri menghimpun lebih kurang 7.500 anggta yang terdiri atas dalang, pesinden, dan pengrawit.

Pepadi tergabung dalam jaringan global organisasi seni pertunjukan yang disebut UNIMA (Union Internationale de la Marionette). Ketua UNIMA sendiri juga pernah datang ke Indonesia pada Februari 2018 lalu dan memberikan apresiasi yang besar terhadap eksistensi wayang di Indonesia.

Kondang menjelaskan, organisasi yang dipimpinnya sekarang sudah tersebar di 22 komisariat tingkat provinsi, dan tersebar di 179 kabupaten/kota. Wayang sebagai produk budaya Indonesia, sarat dengan pesan-pesan yang merupakan refleksi dari kehidupan sehari-hari masyarakat.

“Wayang ini sudah diakui oleh UNESCO sebagai mahakarya pada tahun 2003,” jelas Kondang.

Dalam sejarahnya, lanjut Kondang, wayang juga menjadi medium untuk menyosialisasikan nilai-nilai luhur Pancasila. Selain itu, melalui kegiatan wayangan, juga muncul perputaran uang di tingkat mikro.

“Sehingga secara umum dapat dikatakan wayang adalah bagian dari gerak ekonomi dan sosial dalam masyarakat itu sendiri,” pungkas Kondang. (ksp/nbh)